Jumat, 15 April 2016

makalah landasan dan asas pendidikan serta implementasinya dalam pendidikan praktis










MAKALAH ILMU PENDIDIKAN
LANDASAN DAN ASAS PENDIDIKAN SERTA IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN PRAKTIS





Oleh
Kelompok V
Nama            : Maria Clotilde Lesu
Riani A.Tuan Tanof
Siti Saida Pella
Prodi             : Bimbingan Konseling
Semester       : I



UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2015/2016
KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Hidayah dan Inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Landasan dan Asas Pendidikan serta Implementasinya dalam Pendidikan Praktis” yang dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan tahun ajaran 2015/2016.
            Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan Makalah ini dan berbagai sumber yang telah penulis pakai sebagai data dan fakta pada Makalah ini.
            Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Kupang,13 Oktober 2015

     Penulis












ii
 
 


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ ………………….. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.................................................................................. ………………….  1
1.2  Rumusan Masalah…………………………………………………………………….... 1
1.3  Tujuan Penulisan……………………………………………………………………….  1
1.4  Manfaat Penulisan............................................................................. ………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Filosofi Sebagai Landasan Pendidikan............................................. ………………….. 3
2.2 Pancasila Sebagai Pandangan Dan Cara Hidup Bangsa................... ………………….. 6
2.3 Pentingnya Psikologi Sebagai Landasan Pendidikan........................ …………………..7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................... …………………… 10
3.3 Saran.................................................................................................. ………………….. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. ………………….. 11










iii
 
 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya,begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi,para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.

Pandangan klasik tentang pendidikan,pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus.Pertama,mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang.Kedua,mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan.Ketiga,mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban.Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengertian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value.Dengan demikian pendidikan dapat menjadi penolong bagi umat manusia.Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan.                                                                                                                         
       Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk Negara kita diperlukan landasan pendidikan,diantaranya landasan filosofis dan landasan psikologi.
1.2  Rumusan Masalah

1)      Apa yang dimaksudkan dengan filisofi sebagai landasan pendidikan
2)      Mengapa Pancasila sebagai pandangan dan cara hidup Bangsa
3)      Bagaimana peran landasan psikologi dalam dunia pendidikan
11.3 Tujuan Penulisan    
1
 
            Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan.
1.3  Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan Makalah ini adalah agar pembaca dapat mengetahui:
1)      Filosofis sebagai landasan pendidikan
2)      Pancasila sebagai pandangan dan cara hidup Bangsa
3)      Peran landasan psikologi dalam dunia pendidikan    
                                                                                                                                          


















2
 
 


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Filosofi Sebagai Landasan Pendidikan
Landasan filosofi dalam pendidikan adalah landasan pendidikan yang ditinjau dari filsafat yakni bidang ilmu yang berusaha merumuskan citra tentang manusia dan masyarakatnya.Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari filsafat karena filsafat berusaha merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat sedangkan pendidikan merupakan proses untuk mewujudkan citra tersebut.
            Berikut akan dikemukakan beberapa aliran filsafat pendidikan:
1)      Naturalisme
                                    Filsafat naturalisme dalam pendidikan berpandangan bahwa kebenaran yang sebenarnya adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra.Dengan demikian,pendidikan harus memberikan pengetahuan yang dapat dibuktikan melalui hasil pengelihatan,pendengaran,pengecapan,perabaan,dan penciuman.Hasil penginderaan menjadi pengalaman manusia yang diproses melalui perasaan dan pemikiran dan diekspresikan secara verbal melalui bahasa dan secara nonverbal melalui tindakan dan perbuatan.
                                    Filsafat naturalisme ini berkaitan erat dengan pandangan-pandangan realisme,materealisme,dan positivism yang pada dasarnya berasumsi bahwa pendidikan adalah usaha mengajarkan pengetahuan sebagai pembimbing kehidupan terbaik seperti Sejarah,Bahasa,IPA dan Matematika.
2)      Idealisme
                                    Filsafat idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan.Ide sebagai gagasan kejiwaan itulah kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan abadi.Sebagai variasi dari aliran filsafat ini dikenal adanya spiritualisme,rasionalisme,dan neokantianisme yang pada dasarnya menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektualuntuk membangkitkan ide-ide yang masih laten antara lain melalui intropeksi dan Tanya jawab.Oleh karena itu,sebagai lembaga pendidikan,sekolah berfungsi membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran,keindahan dan kehidupan yang luhur.
3)      Pragmatisme
3
 
            Aliran filsafat pragmatisme berpandangan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segikegunaan praktis.Dengan kata lain,paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar atau ukuran kebenaran didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada manusia.Bagi pragmatisme,pendidikan adalah suatu proses eksperimental dengan metode pemecahan masalah sebagai metode terpenting dalam pendidikan.Apa yang dipelajari harus dapat diterapkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.Bukanlah pendidikan jika tidak dapat memecahkan masalah.
4)      Filsafat Pendidikan yang Dipengaruhu oleh Agama
                                    Agama apapun di dunia ini mempunyai pandangan mendasar yakni tentangTuhan yang menciptakan segala sesuatu dan pandangan hidup tertinggi adalah iman kepada Tuhan sebagai yang menentukan segala sesuatu dalam hidup ini.Hakikat manusia adalah kesatuan ubuh dan jiwa,manusia dapat mencapai pengetahuan mutlak asalkan dengan menggunakan akal dan iman.Oleh karena itu,pendidikan harus didasarkan atas kenyataan alam sebagai ciptaan Tuhan yang didalamnya kebaikan dan kemanfaatan yang tinggi.Tuhanlah yang menerangi manusia untuk menemukan keajaiban-keajaiban dibalik kenyataan ini.Kemampuan manusia ada batasnya sepanjang diperkenakan oleh Tuhan.
5)      Pancasila sebagai Landasan Filosofi Sistem Pendidikan Nasional
                                    Salah satu tujuan pendidikan adalah membentuk kewarganegaraan setiap orang artinya setiap orang harus bertumbuh menjadi anggota masyarakat yang baik,sebagai warga Negara yang baik berdasarkan nilai-nilai kehidupan universal dan falsafah bangsa dan Negara.Pasal 2 UU-RI No.2 Tahun 1986 menetapkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Rincian selanjutnya tentang hal itu tercantum dalam penjelasan Undang-Undang RI No.2 tahun 1989,yang menegaskan bahwa pembangunan nasional termasuk dibidang pendidikan,adalah pengalaman pancasila,dan untuk itu pendidikan nasional mengusahakan antara lain:”Pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri” (Undang-Undang,1992:24).Sedangkan Ketetapan MPR-RI No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4) menegaskan pula bahwa Pancasila itu adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,kepribadian bangsa Indonesia,pandangan hidup bangsa Indonesia,dan dasar Negara Republik Indonesia.Pancasila sebagai sumber dari segala gagasan mengenai wujud manusia dan masyarakat yang dianggap baik,sumber dari segala sumber nilai yang menjadi pangkal serta muara dari setiap keputusan dan tindakan dalam pendidikan,dengan kata lain:Pancasila sebagai sumber system  nilai dalam pendidikan.Bagi bidang pendidikan,hal ini sangat penting karena akan terdapat kepastian nilai yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan.            Petunjuk pengalaman pancasila tersebut dapat pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai pancasila sebagai berikut:
1)      Ketuhanan Yang Maha Esa
(1)  
4
 
Percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(2)   Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
(3)   Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agma dan kepercayaannya.
(4)   Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2)      Kemanusiaan yang adil dan beradab
(5)   Mengakui persamaan derajat,persamaan hak dan persamaan kewajiban antara     sesama manusia.
(6)   Saling mencintai sesama manusia.
(7)   Mengembangkan sikap tenggang rasa.
(8)   Tidak semena-mena terhadap orang lain.
(9)   Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
(10)           Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(11)           Berani membela kebenaran dan keadilan.
(12)           Bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
3)      Persatuan Indonesia
(13)           Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan        Negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
(14)           Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
(15)           Cinta tanah air dan bangsa.
(16)           Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
(17)           Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka        Tunggal Ika.
4)      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
(18)           Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
(19)           Tidak memaksakan kehendaknya kepada orang lain.
(20)           Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan         bersama.
(21)           Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(22)           Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil     keputusan musyawarah.
(23)           Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang        luhur.
(24)           Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral             kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat serta    nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5)      Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
(25)          
5
 
Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap          dan suasana kekeluargaan dan bergotong royong.
(26)           Bersikap riil.
(27)           Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(28)           Menghormati hak-hak orang lain.
(29)           Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
(30)           Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
(31)           Tidak bersifat boros.
(32)           Tidak bergaya hidup mewah.
(33)           Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
(34)           Suka bekerja keras.
(35)           Menghargai hasil karya orang lain.
(36)           Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan         social.
2.2  Pancasila Sebagai Pandangan dan Cara Hidup Bangsa
      1). Pandangan Hidup
            Istilah “Pandangan Hidup” (bahasa Indonesia) mengandung artian yang identik dengan istilah-istilah lainnya, seperti Way of life (bahasa Inggris) atau Weltanschauung dan Libensanschauung (bahasa Jerman) yang berarti tinjauan dunia dan tinjauan hidup (Rizal Mustansyir, 1997, halaman 21).
            Prof. Dr. Koento  Wibisono Siswomihardjo, mengatakan “Pengertian kita tentang Filsafat yang kita pergunakan dalam percakapan sehari-hari cenderung untuk diberi arti sebagai azas atau suatu pendirian yang mengandung prinsip-prinsip yang kebenarannya telah kita terima, sedemikian rupa sehingga azas atau pendirian kita tadi, kita pergunakan sebagai dasar dan arah kehidupan kita dalam masyarakat untuk menjawab masalah-masalah fundamental yang telah dapat begitu saja secara teknis”.
            Prof. Dr. Udin S. Winaputra, mengatakan “Dalam pandangan hidup bangsa terkandung konsepsi dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan terkandung pula dasar pemikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pandangan hidup adalah kristalisasi. Pancasila dalam pengertian pandangan hidup sering juga disebut way of life, pegangan hidup, pedoman hidup, pandangan dunia, petunjuk hidup”. (Winataputra, Udin S., 2000 : 5,6).
                                                           
6
 
            Prof. Dr. Damardjati Supadjar, dalam bukunya yang berjudul “Pemikiran Kefilsafatan Nusantara” mengatakan Filsafat sebagai Pengantar Hikmat atau Sistem Hikmat, dapat ditelaah secara teoritis atau secara praktis. Secara Teoritis telaah itu mengantarkan seseorang kepada pada derajat akademik tertinggi yaitu Doktor, sedangakan secara Praktis bisa menjadikan seorang filosof. Pemikiran kefilsafatan timur (termasuk Indonesia) nampaknya lebih mengenai pengantar hikmah, baik sebagai pandangan hidup, pegangan hidup, atau sikap dan cara hidup”. (Damardjati Supadjar, 1997, halaman 2).
            Mengacu pada beberapa pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan pokok pikiran tentang pemikiran dan makna pandangan hidup sebagai berikut :
a.       Pandangan Hidup adalah kebenaran filosofis yang diterima dan diyakini secara radikal dan universal yang kemudian dijadikan azas, criteria, tolak ukur, paradigma, prinsip,pedoman,pegangan,penuntun,dasar dan arah kehidupan (bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara) untuk memecahkan berbagai persoalan mendasar yang tidak dapat diselesaikan secara teknis keilmuan.
b.      Pandangan Hidup adalah kristalisasi dan  intitusionalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki,yang sudah diuji dan diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad atau semangat untuk mewujudkannya.
c.       Pandangan Hidup adalah kebenaran-kebenaran filosofis yang bersifat radikal,mendasar dan universal.Karena itu,tidak ada bahkan tidak akan pernah ada pandangan hidup tanpa filsafat/falsafah hidup.
2).Pancasila sebagai Pandangan dan Cara Hidup Bangsa Indonesia
Kedudukan/peran Pancasila sebagi Pandangan Hidup,mengandung pengertian    dan makna yang sangat mendalam dan mendasar,diantaranya:
a.       Bahwa nilai-nilai dan norma-norma Filosofis Pancasila menjadi pedoman,acuan,pegangan,penuntun,dan penentu arah didalam berpikir,bersikap dan bertingkah laku.
b.      Bahwa nilai-nilai dan norma-norma Filisofis Pancasila menjadi ukuran/criteria dan paradigma didalam mengevaluasi pola sikap dan tata laku Pancasilais dari setiap orang Indonesia baik sebagai warga masyarakat dan bangsa maupun sebagai warga Negara Republik Indonesia.
c.       Bahwa apapun yang dilakukan oleh masyarakat,bangsa dan Negara Indonesia dimana saja dan kapanpun,haruslah merupakan upaya pengamalan dan pelestarian nilai-nilai dan norma-norma Filosofis Pancasila.
2.3 Pentingnya Psikologis sebagai Landasan Pendidikan
7
 
                                    Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia,sehingga landasan yang penting dalam bidang pendidikan adalah landasan psikologis.Pada umumnya landasan psikologis dalam pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia,khususnya tentang proses perkembangan dan proses belajar.Terdapat beberapa pandangan tentang hakikat manusia ditinjau dari segi psikologis dalam kaitannya dengan pendidikan,yakni strategis disposisional,strategis behavioral,dan strategis phenomenologist/humanistic.Strategis disposisional,terutama pandangan konstitusional dari Kretschmer dan Sheldon,memberikan tekanan pada peranan factor hereditas dalam perkembangan manusia.Pada strategis behavioral dan strategis phenomenologis ditekankan peranan factor belajar dalam perkembangan tersebut,akan tetapi keduanya mempunyai pandangan yang berbeda tentang bagaimana proses belajar itu terjadi.Perbedaan itu terjadi karena adanya “two models of man” (istilah dari William D.Hitt,1969) yang menyebabkan terjadinya “Lockean and Leibnitzian tradition”  (istilah dari G.W.Aliport).Bagi tradisi ala J.Locke (Lockean Tradition) pengetahuan berasal dari stimulasi eksternal sehingga manusia adalah penerima dan pelanjut informasi (a receiver and transmitter of information);sedangkan tradisi ala G.Leibnitz (Leibnitzian Tradition) berpendapat bahwa pengetahuan dihasilkan dari dalam,manusia sebagai pembangkit atau generator informasi (is derived from within,man is a generator of information).Strategi behavioral yang bertolak dari “Lockean tradition” memandang manusia terutama sebagai makhluk pasif yang tergantung pada pengaruh lingkungannya;pandangan ini antara lain tampak pada BE Skinner dangan “A Scientific Psychologi”nya.Strategis phenomenologist bertolak dari “Leibnitzian tradition” yang memandang manusia sebagai makhluk aktif yang mampu beraksi dan melakukan pilihan-pilihan sendiri;pandangan ini tampak pada “A Humanistik Psychology” dari Carl R.Rogers.Dalam kenyataannya,manusia bukan hanya “receiver and transmitter of information” tetapi juga “generator of information” (Sulo Lipu La Sulo,1981:40-41).Perbedaan pandangan tentang hakikat manusi ditinjau dari segi psikoedukatif tersebut antara lain tampak dalam perbedaan pandangan tentang teori-teori belajar,factor-factor penentu perkembangan manusia,dan sebagainya.Perbedaan pandangan tersebut dapat berdampak pula dalam pandangan tentang pendidikan.
                                    Pemahaman peserta didik,utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan,merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.Oleh karena itu,hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendidikan,umpama pengetahuan tentang aspek-aspek pribadi,urutan,dan ciri-ciri pertumbuhan setiap aspek,dan konsep tentang cara-cara paling tepat untuk mengembangkannya.
8
 
                        Untuk maksud itu psikologi menyediakan sejumlah informasi tentang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi.Individu memiliki bakat,kemampuan,minat,kekuatan serta tempo,dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang lain.Sangat sukar untuk diharapkan sama,terlebih-lebih apabila mempunyai pengalaman hidup yang berbeda.Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap peserta didik,sekalipun mereka mungkin memiliki beberapa kesamaan.Penyusunan kurikulum perlu berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan gari-garis besar program pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.Perbedaan individual terjadi karena    adanya perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik,bukan hanya yang berkaitan dengan kecerdasan dan bakat,tetapi juga perbedaan pengalaman dan tingkat perkembangan,perbedaan aspirasi dan cita-cita,bahkan perbedaan kepribadian secara keseluruhan.
                                    Kajian psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan adalah yang berkaitan dengan kecerdasan,berpikir dan belajar.Kecerdasan umum (inteligensi) ataupun kecerdasan dalam bidang tertentu (bakat) banyak dipengaruhi oleh kemampuan potensial;namun kemampuan potensial itu hanya akan actual apabila dikembangkan dalam situasi yang kondusif.Kecerdasan actual terbentuk karena adanya pengalaman.Jean Piaget berpendapat bahwa kecerdasan merupakan internalisasi pengalaman.Pembentukan kecerdasan dapat dilakukan dengan menciptakan kondisi lingkungan, kesempatan, dan iklim emosi yang memungkinkan individu untuk memperoleh pengalaman tertentu. Dengan demikian semakin baik kondisi-kondisi yang dimiliki individu, akan semakin meningkat kecerdasan individu untuk memperoleh pengalaman tertentu tersebut. Penelitian terhadap bayi kembar identik (bayi kembar yang memiliki potensi bawaan yang relative sama) yang kemudian diadakan pemisahan dan pembedaan kondisi ternyata akhirnya terdapat perbedaan indeks kecerdasannya. Indeks kecerdasan, yang sering dikenal dengan sebutan IQ, dapat diukur dengan tes-tes kecerdasan (Wayan Ardhana, 1986: Modul 1/46). Pengembangan kecerdasan itu akan terwujud dalam berbagai bentuk kemempuan berpikir, baik berpikir konvergen dan divergen, maupun berpikir intuitif dan reflektif. Berpikir konvergen (memusat) terutama bersifat logis konvensional, sedangkan berpikir divergen (memancar) terutama inovatif-kreatif. Dewey (1910, dan Wayan Ardhana 1986) mengajukan lima langkah pokok untuk memecahkan masalah:
(1)   Menyadari dan merumuskan suatu kesulitan.
(2)   Mengumpulkan informasi yang relevan.
(3)   Merakit dan mengklarifikasi data serta merumuskan hipotesis-hipotesis.
(4)   Menerima atau menolak hipotesis tentatif.
(5)   Merumuskan kesimpulan dan mengadakan evaluasi.
Sedangkan James Conant (1951, dari Wayan Ardhana 1986: Modal 1/47) mengajukan 6 langkah dalam pemecahan masalah:
(1)   Menyadari dan merumuskan sesuatu.
(2)   Mengumpulkan informasi yang relevan.
(3)   Merumuskan hipotesis.
(4)   Mengadakan proses deduksi dari hipotesis.
(5)   Menguji hipotesis dalam situasi aktual.
(6)   Menerima, mengubah atau menolak hipotesis.

9
 
 


BAB III
 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Landasan sangat penting karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu.Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan folosofis dan landasan psikologi,yang sangat memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.
            Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1986 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia.
3.1 Saran
            Dalam proses pendidikan alangkah baiknya di terapkan landasan dan asas pendidikan terutama landasan filosofi dan landasan psikologi,dengan begitu pendidikan di Indonesia akan lebih maju.












10
 
 


DAFTAR PUSTAKA
Kadir,Abdul.2012.Dasar-dasar Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.
Bakri,N.M.,1998,Isi Arti Pancasila,Yogyakarta,Pusat Studi Pancasila

11
 
 

1 komentar:

  1. TOTO - Titanium Art - TITNA® and TOTO.
    TOTO is powerbook g4 titanium TOTO, titanium chords a where is titanium found metal art company based micro touch titanium trimmer in Temecula, California. The company designs and produces quality metal ford focus titanium hatchback sculpture in a variety of

    BalasHapus